Minggu, 10 November 2013

PROTEKSI RADIASI DALAM BIDANG KEDOKTERAN NUKLIR



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Kedokteran nuklir merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang dapat dikatakan relatif masih baru jika dibandingkan dengan disiplin ilmu kedokteran lainnya. Dibidang kedokteran nuklir informasi gambar yang didapat dari observasi distribusi radiofarmaka dalam tubuh pasien yang dideteksi dengan menggunakan gamma kamera yang dihubungkan dengan sistem komputer untuk menganalisa data-data yang didapat. Pemanfaatan radiasi di bidang kedokteran memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap paparan radiasi yang diterima oleh manusia. Sekitar 15 % sumber radiasi yang diterima oleh manusia diperoleh dari aktifitas pemanfaatan radiasi di bidang kesehatan yang meliputi radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir. Asas proteksi radiasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin agar radiasi yang dihasilkan dari kegiatan di bidang kesehatan memberikan manfaat yang optimal.
B.            Rumusan masalah
Bagaimana teknik proteksi radiasi dalam bidang kedokteran nuklir?
C.           Tujuan
Agar pembaca lebih memahami bagaimana teknik proteksi radiasi dalam bidang kedokteran nuklir
D.           Manfaat
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai teknik proteksi radiasi dalam bidang kedokteran nuklir






BAB II
ISI

A.           Dasar-Dasar Kedokteran Nuklir
Kedokteran nuklir didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran yang memanfaatkan energi nuklir (inti atom untuk keperluan menyelidiki, mendiagnosa dan terapi penyakit).
Untuk keperluan diagnosa, aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran seringkali memanfaatkan radioisotop yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien secara inhalasi melalui saluan pernafasan, melalui mulut maupun injeksi. Kepada pasien diberikan radiofarmaka yang sesuai dengan jenis pemeriksaan yang dikehendaki. Berbagai jenis radiofarmaka digunakan untuk mempelajari berbagai jenis organ. Setelah masuk ke dalam tubuh, radiofarmaka akan menuju ke organ tertentu. Karena senyawa tersebut dapat memancarkan radiasi gamma, maka keberadaannya di dalam organ tubuh dapat diketahui dengan pemantau radiasi, baik kinetik maupun distribusinya.
 Pemantau radiasi yang digunakan dalam pemeriksaan ini berupa kamera gamma yang dapat mendeteksi sinar gamma dari bagian tubuh pasien yang sedang diperiksa. Kamera gamma merupakan peralatan kedokteran nuklir yang utama. Alat ini mampu menghasilkan gambar atau mengukur fungsi dari organ yang sedang dipelajari. Seringkali juga digunakan kamera gamma yang berputar untuk membuat gambar organ tubuh dalam tiga dimensi. Penggunaan komputer yang dirangkai dengan kamera gamma ini dapat membantu dalam interpretasi hasil pemeriksaan. Diagnosa yang menghasilkan gambar ini dikenal dengan teknik pencitraan (imaging studies).
 Gambar citra yang dihasilkan bisa berupa gambar statik maupun gambar dinamik. Gambar statik memberi informasi kondisi organ pada suatu saat tertentu saja, sedang gambar dinamik memberikan informasi berupa perubahan keadaan pada organ atau bagian tubuh selama kurun waktu tertentu. Studi dinamik mengukur kinerja suatu organ atau sistem tubuh menurut fungsi waktu. Informasi yang diperoleh dengan teknik pencitraan tersebut di samping berupa gambar (citra) organ atau bagian tubuh maupun seluruh tubuh (whole body imaging), juga dapat berupa kurva-kurva atau angka-angka yang bisa dianalisa lebih lanjut. Dengan menggabungkan hasil pemeriksaan kedokteran nuklir dan hasil pemeriksaan sinar-X serta pemeriksaan lainnya, akan diperoleh hasil analisa yang lengkap mengenai kondisi pasien.
 Untuk tujuan diagnosa, pemeriksaan secara kedokteran nuklir dapat dilakukan dengan mudah, murah serta dihasilkan informasi diagnosa yang akurat. Dari diagnosa ini dapat diperoleh informasi tentang fungsi organ tubuh yang diperiksa serta gambaran anatominya. Hal tersebut dimungkinkan karena sejumlah kecil radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop sangat mudah dideteksi dengan pemantau radiasi. Jika suatu jenis radioisotop dimasukkan ke dalam tubuh pasien, maka distribusi, laju distribusi dan konsentrasi radioisotop tersebut sangat mudah dilacak menggunakan pemantau radiasi.
Dewasa ini peranan kedokteran nuklir cukup besar dalam menunjang diagnosis penyakit-penyakit secara cepat, tepat dan seringkali lebih dini. Hampir semua cabang ilmu kedokteran dapat memanfaatkan peranan kedokteran nuklir.
Tes diagnostik dengan radioisotop dapat digunakan untuk mengetahui :
·         Baik tidaknya fungsi organ tubuh.
·         Proses penyerapan berbagai senyawa tertentu oleh tubuh.
·         Menentukan lokasi dan ukuran tumor dalam organ tubuh.

 Hampir seluruh organ dalam tubuh manusia dapat didiagnosa dengan teknik nuklir kedokteran, seperti pemeriksaan otak, limpa, hati, jantung, ginjal, tulang, darah, pembuluh darah, paru-paru, saluran pencernaan, kelenjar gondok dan lain-lain. Teknik nuklir kedokteran juga dapat dipakai untuk memeriksa penyebaran penyakit kanker tulang. Hanya dengan teknik ini penyakit tersebut dapat dideteksi semenjak dini, sedang teknik lainnya baru bisa mendeteksinya bila penyakit tersebut telah lanjut. Teknik nuklir kedokteran juga dapat dipakai untuk mengetahui secara dini ada tidaknya penyakit jantung koroner. Beberapa contoh pemeriksaan kedokteran nuklir antara lain adalah :

·         Sken (scanning) otak digunakan untuk memeriksa penyakit-penyakit otak, antara lain  infeksi, tumor dan kelainan vaskuler. Dalam pemeriksaan ini pasien diinjeksi dengan radiofarmaka. Untuk mempelajari sirkulasi darah diambil gambar dinamik langsung setelah injeksi.
·         Uji tangkap tiroid dan sken tiroid digunakan untuk memeriksa fungsi tiroid dan kelainan-kelainan marfologi. Uji tangkap tiroid dilakukan dengan cara memberikan sejumlah kecil radiofarmaka kepada pasien secara peroral atau suntikan. Jumlah radiofarmaka yang ditangkap oleh kelenjar tiroid menunjukkan fungsi kelenjar tersebut.
·         Sken paru-paru seringkali dipakai untuk mendeteksi adanya gumpalan darah dalam paru-paru. Proses pemeriksaan dilakukan dengan menginjeksikan partikel radiofarmaka yang akan terbawa aliran darah ke paru-paru. Pengambilan gambar dilakukan dengan kamera gamma. Pemeriksaan dengan kedokteran nuklir ini seringkali dikombinasikan dengan pemeriksaan menggunakan gas raioaktif yang dilakukan sehari sesudah atau sebelum sken dan disertai pula dengan pemeriksaan sinar-X.
·         Sken jantung digunakan untuk studi penyakit jantung koroner dan mengevaluasi fungsi jantung atau menentukan adanya serangan jantung yang baru saja terjadi.
·         Teknik nuklir dapat pula dipakai untuk sken hati, limpa, sistim empedu, ginjal dan tulang untuk mengetahui penyakit yang ada pada organ-organ tersebut.

Berbeda dengan pencitraan dengan pesawat CT-Scan, USG, maupun MRI yang sifatnya morfologik karena lebih didasarkan pada perubahan atau perbedaan karakter fisik anatomik yang menimbulkan perubahan atau perbedaan transmisi radiasi atau gelombang ultrasonik ataupun radiofrekwensi yang melalui organ bagian tubuh yang diperiksa, maka pencitraan kedokteran nuklir dengan kamera gamma atau kamera PET (positron emission tomography) bersifat fungsional karena didasarkan pada perubahan biokimiawi-fisiologik yang menimbulkan pola emisi radiasi yang mencerminkan fungsi organ atau bagian tubuh yang diperiksa.
Kedokteran nuklir dasarnya adalah prinsip perunut untuk mempelajari perubahan fisiologi dan biokimia pada tingkat seluler bahkan molekuler dan dengan demikian ilmu kedokteran nuklir banyak bersinggungan dengan ilmu kedokteran molekuler.
Dibidang kedokteran nuklir informasi gambar yang didapat dari observasi distribusi radiofarmaka dalam tubuh pasien yang dideteksi dengan menggunakan gamma kamera yang dihubungkan dengan sistem komputer untuk menganalisa data-data yang didapat.
1. Radiofarmaka
            Radiofarmaka adalah senyawa aktif yang diberikan ke pasien peroral maupun parental untuk tujuan diagnostik maupun terapi, merupakan sumber terbuka dan ikut metabolisme dalam tubuh. Suatu radiofarmaka berupa isotop radioaktif misalnya Tl-201 atau berupa senyawa yang dilabel dengan pembawa materi contoh I-131 Hipuran, Tc-99m DTPA.
2. Radionuklida
            Radionuklida yang digunakan di kedokteran nuklir adalah hasil produksi dari reaktor nuklir seperti I-131, Cr-51 dan cyclotron seperti Tl-201, In-123 namun harganya jauh lebih mahal dibanding dengan reaktor nuklir atau melalui generator dengan mengilusi isotop induk. Contoh yang paling dikenal dari radionuklida yang berasal dari generator adalah Tc-99m yang diilusi dari isotop induk Mo-99 yang pemakainnya paling banyak di kedokteran nuklir.
            Penggunaan radionuklida di kedokteran nuklir harus dibedakan antara pemakaian untuk keperluan terapi dan diagnostik. Untuk penggunaan terapi diperlukan radionuklida yang massa paruhnya panjang dan memancarkan radiasi sinar beta yang mempunyai efek biologis tinggi. Radionuklida yang mempunyai beban radiasi kecil terhadap pasien dan memiliki energi yang ideal untuk pemeriksaan dengan gamma kamera. Kriteria yang ideal dimiliki oleh suatu radionuklida untuk keperluan diagnostik adalah :
  • Waktu paruh   : pendek tetapi tidak lebih pendek dari waktu pemeriksaan
  • Radiasi                        : memancarkan gamma
  • Energi              : 50 – 400 keV
  • Sifat kimia       : tidak toxis dan tidak merubah sifat biologis dari farmaka yang dilabel
  • Ekonomis        : murah dan dapat diproduksi dalam jumlah banyak  
   Dari kriteria di atas Tc-99 merupakan radionuklida yang paling memenuhi syarat karena Tc-99 mempunyai waktu paruh 6 jam, radiasi gamma, energi 146 keV, sifat kimia tidak toxis dan tidak merubah sifat biologis farmaka yang dilabel dan ekonomis.
3. Zat Pembawa
            Untuk membawa aktifitas ke organ yang akan diperiksa diperlukan senyawa yang mempunyai spesitas terhadap organ tersebut yang biasanya disebut zat pembawa. Zat pembawa adalah unsur / zat yang dapat mengikat radionuklida dan membawa ke organ yang akan diperiksa dan dimetabolisir oleh organ tersebut.
            Kemajuan dalam bidang bioteknologi sangat membantu dalam perkembangan kedokteran nuklir baik dalam jumlah dan produksi dan jenis zat pembawa tetapi juga teknik-teknik labeling senyawa tersebut berkembang pesat. Sebagaimana radionuklida zat pembawa ini juga harus mempunyai kriteria sebagai unsur dari radiofarmaka, yaitu :
  • Mudah dilabel dengan radionuklida serta mudah preparasinya tanpa merubah sifat biologisnya terutama biodistribusi dalam tubuh.
  • Harus terakumulasi atau teralokasi sebagian besar di organ yang akan diperiksa.
  • Harus bisa dieliminasi dari tubuh dengan waktu paruh yang sesuai dengan lamanya pemeriksaan.

B.            Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi seharusnya diberikan kepada pekerja radiasi (radiografer) dan orang-orang yang terkait pada saat pemeriksaan (keluarga pasien dan petugas lain dilingkungan kedokteran nuklir).
           1. Proteksi radiasi bagi radiografer dilakukan dengan :
        o   Hot lab yang terperisai dengan baik pada saat elusi radionuklida
       o   Memakai sarung tangan Pb pada saat melakukan elusi, pencampuran dengan zat pembawa, penyuntikan radiofarmaka ke pasien dan selama pemeriksaan.
       o   Tidak berada terlalu lama di ruangan pemeriksaan dan jika diperlukan radiografer menggunakan apron.
  1. Proteksi radiasi bagi keluarga pasien dan petugas lain dilingkungan kedokteran nuklir dilakukan dengan :
     o   Hot lab dan ruang pemeriksaan yang terperisai dengan baik.
     o   Tidak diperkenankan berada di dalam ruang pemeriksaan selama proses pemeriksaan        berlangsung.
     o   Isolasi pasien yang sudah disuntik radiofarmaka.
      Di Departemen kedokteran nuklir RSCM proteksi hanya berupa penempatan generator dan hot lab yang dikelilingi oleh balok-balok Pb dan ruang pemeriksaan yang terperisai. Pada saat melakukan elusi, pencampuran dengan zat pembawa, penyuntikan radiofarmaka dan selama pemeriksaan radiografer tidak menggunakan sarung tangan Pb, apron dan lama berada di rungan pemeriksaan pada saat pemeriksaan berlangsung. Pasien yang sudah disuntik radiofarmaka juga tidak diisolasi


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Keodokteran Nuklir merupakan cabang ilmu kedokteran yang masih diperlukan untuk pemeriksaan baik diagnosa maupun terapi dan untuk tujuan penelitian, menggunakan sumber radiasi terbuka dari proses desintegrasi/peluruhan inti radionuklida.
Radiofarmaka dapat dimanfaatkan secara luas untuk mempelajari organ dan sistem metabolisme.
 Persiapan dan perhitungan dosis perlu diperhatikan karena sifat radioisotop yang meluruh
B.     Saran
Lebih memperhatikan aspek proteksi radiasi bagi petugas, pasien dan keluarga pasien, dengan cara melakukan pengukuran radiasi setiap hari.















DAFTAR PUSTAKA
http://www.babehedi.com/search/label/TEKNIK%20PEMERIKSAAN%20KEDOKTERAN%20NUKLIR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar